Jurnal Dwi Mingguan Modul 1.4 Budaya Positif

Jurnal Dwi Mingguan Modul 1.4 Budaya Positif

Program Guru Penggerak Angkatan 5 Jakarta Selatan

Any Sulistyawati

 

Salam dan Bahagia,

 

Pada kesempatan kali ini saya masih diberikan kesehatan dan kesempatan untuk menuliskan refleksi diri terkait dengan pembelajaran modul 1.4 program guru penggerak angkatan 5 tentang budaya positif. Kali ini penulis menuliskan refleksinya di blog pribadi penulis yaitu dirumahbelajarku.blogspot.com dan ini merupakan tulisan pertama saya di blog pribadi saya mengenai program pendidikan guru penggerak yang saya ikuti.

 

Bapak dan Ibu sahabat guru semua, menuliskan jurnal refleksi dwi mingguan merupakan salah satu kewajiban rutin yang harus dilaksanakan oleh seorang calon guru penggerak. Dengan melakukan refleksi ini diharapkan seorang calon guru penggerak senantiasa belajar serta belajar menilai diri agar dapat meningkatkan kemampuan dirinya di masa depan. Jurnal refleksi dipandang sebagai salah satu elemen kunci dalam pengembangan keprofesian karena dapat mendorong guru untuk mengaitkan teori dan praktik serta menumbuhkan keterampilan dalam mengevaluasi sebuah topik secara kritis.

 

Banyak sekali metode dalam melakukan refleksi diri ini, salah satunya yaitu model 4F yaitu Fact ( Peristiwa ), Feeling ( Perasaan ), Findings ( Pembelajaran ) dan Future ( Penerapan ). Metode ini sering kali digunakan karena mudah dalam pengimplementasiannya serta mudah dipahami terkait materi refleksi yang kita tuangkan. Berikut refleksi saya terkait pembelajaran modul 1.4 tentang budaya positif:

 

1.    Fact ( Peristiwa )

Minggu kedua bulan Agustus, tepatnya tanggal 12 Agustus 2022 pembelajaran pada modul 1.4 tentang budaya positif ini dimulai. Kegiatan dimulai dengan belajar secara mandiri melalui LMS yaitu mulai diri serta mempelajari materi melalui menu Eksplorasi konsep serta menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disajikan. Menu eksplorasi konsep yang luar biasa banyak membuat saya harus belajar mandiri secara ekstra. Agar semua materi dapat kami serap sebelum masuk ke ruang kolaborasi kelompok. Kegiatan dilanjutkan dalam ruang kolaborasi yang dipimpin langsung oleh ibu fasilitator yang baik hati yaitu ibu Sri Warningsih. Dalam ruang kolaborasi kelompok disajian 4 topik kasus yang harus kami diskusikan dengan 3 rekan kelompok saya yaitu pak Yuliansyah, Pak Zulfan dan ibu Kasiati. 

 

Banyak sekali hal baik dan ilmu yang saya dapatkan melalui pembelajaran di LMS maupun dalam ruang kolaborasi, yaitu saya mendapat pengetahuan baru tentang paradigma stimulus respon dan teori kontrol. Dengan mempelajari secara mandiri tentang stimulus respon dan teori kontrol, saya termotivasi untuk memahami dan menerapkan perubahan paradigma stimulus respon menjadi teori kontrol. 

Dalam mengikuti kegiatan pembelajaran pada modul 1.4 ini tentunya terdapat beberapa kendala. Banyaknya slide serta materi yang disajikan di modul 1.4 ini membuat saya sedikit keteteran. Hal itu juga dikarenakan kegiatan berbenturan dengan pelaksanaan kegiatan lomba -lomba dalam rangka HUT RI yang ke 77, kegiatan saya sebagai Co-Captain belajar id di wilayah jakarta selatan, yang meminta saya memfasilitasi pemanfaatan akun belajar id dari kemdikbudristek serta platform merdeka mengajar. Kesemuanya ini memang saling beririsan dan berkaitan erat satu sama lain. Yang tak lain adalah mendukung percepatan perubahan paradigma baru dalam pendidikan di indonesia.

Berbagai hambatan dan rintangan yang saya hadapi tentunya senantiasa saya upayakan untuk dapat meneyelesaikan semua tugas dengan tepat waktu dan dikerjakan sebaik-baiknya yang saya bisa. Banyaknya materi juga menimbulkan kebingungan terdrsendiri bagi saya, namun dengan tekad yang kuat saya dapat melalui pembelajaran modul 1.4 ini dengan lancar, walaupun masih ada beberapa materi yang belum sepenuhnya saya kuasai.

 

2. Feeling ( Perasaan )

Pembelajaran pada modul 1.4 tentang budaya positif ini, bagi saya merupakan pembelajaran yang rumit dan full teori praktis dibandingkan dengan pembelajaran pada modul 1.1, 1.2 dan 1.3. Banyaknya materi juga mempengaruhi tingkat konsentrasi saya dalam memahami semua materi. Ada beberapa materi yang benar-benar harus saya pelajari dan fahami berulang-ulang agar saya yakin bahwa saya telah memahami materi pada modul 1.4 ini. 

Setelah mempelajari modul 1.4 tentang budaya positif tentunya membuat perasaan saya senang, karena saya dapat menerapkan segitiga restitusi dalam penanganan sebuah kasus. Dengan segitiga restitusi ini anak-anak dapat menyelesaikan masalahnya sendiri sesuai dengan keyakinan yang telah dibuat bersama-sama. Selain itu, saya juga dapat memposisikan diri saya sebagai seorang manajer sesuai teori 5 posisi kontrol dalam sebuah kasus atau masalah.

 

3. Findings ( Pembelajaran )

Melalui Eksplorasi Konsep, banyak sekali pembelajaran dan ilmu yang saya dapatkan melalui kegiatan pembelajaran modul 1.4 tentang budaya positif ini, yaitu (1) Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal, (2) Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi, (3) Keyakinan Kelas, (4)  Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas, (5) Restitusi - Lima Posisi Kontrol, (6) Restitusi - Segitiga Restitusi. Dengan banyaknya materi tersebut, seorang calon guru penggerak harus mampu :

Menjelaskan makna 'kontrol' dari paparan Teori Kontrol Dr. William Glasser serta miskonsepsi yang terjadi di kehidupan sehari-hari, serta dapat menjelaskan perubahan paradigma stimulus respon kepada teori kontrol.

Menjelaskan makna Disiplin Positif, dan mengamati penerapannya di lingkungannya, serta kaitan Teori Kontrol dengan 3 Motivasi Perilaku Manusia.

Menjelaskan pentingnya memilih dan menentukan nilai-nilai kebajikan yang akan diyakini dan disepakati seluruh warga sekolah, sehingga kelak tercipta sebuah budaya positif.

Menjelaskan dan menganalisis Teori Motivasi dan Motivasi Intrinsik yang dituju, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari di lingkungannya.

Menjelaskan konsep hukuman dan penghargaan, dan  konsep pendekatan restitusi.

Melakukan pengamatan dan peninjauan atas praktik penerapan konsep-konsep tersebut di lingkungannya sendiri.

Menganalisis pentingnya memiliki keyakinan sekolah/kelas sebagai fondasi dan arah tujuan sebuah sekolah/kelas, yang akan menjadi landasan dalam memecahkan konflik atau permasalahan di dalam sebuah sekolah/kelas.

Menjelaskan proses pembentukan dari peraturan-peraturan beralih ke keyakinan kelas. 

Berpikir kritis, kreatif, reflektif, dan terbuka dalam menggali nilai-nilai yang dituju pada peraturan yang ada di sekolah mereka masing-masing.

Menjelaskan kebutuhan dasar yang menjadi motif dari tindakan manusia baik murid maupun guru

Menganalisis dampak tidak terpenuhinya kebutuhan dasar terhadap pelanggaran peraturan dan tindakan yang tidak sesuai dengan nilai kebajikan

Mengidentifikasi peran dan sekolah guru dalam upayanya menciptakan lingkungan belajar dan pemenuhan kebutuhan anak yang beragam.

Melakukan refleksi atas praktik disiplin yang dijalankan selama ini dan dampaknya untuk murid-muridnya.

Menerapkan disiplin restitusi di posisi Manajer, minimal pemantau agar dapat menghasilkan murid yang bertanggung jawab, mandiri dan merdeka.

Menganalisis secara kritis,  reflektif, dan terbuka atas penemuan diri yang didapatkan dari mempelajari 5 posisi kontrol.

 

4. Future ( Penerapan )

Setelah mempelajari dan memahami modul 1.4 tentang budaya positif, saya berkeyakinan untuk dapat menerapkan teori-teori tersebut di dalam kelas maupun sekolah saya. Budaya positif dapat dimulai di dalam kelas, Kelas adalah miniatur dari sekolah, agar dapat menumbuhkan budaya positif diawali dari kegiatan belajar mengajar di kelas. Bagaimana menyentuh individu-individu agar berkarakter positif dan membangun kolaborasi dengan berbagai pihak juga diperlukan.

Rencana atau perbaikan dimasa mendatang yang dapat dilakukan adalah membangun komitmen diri untuk melakukan budaya positif di sekolah, secara intens lakukan kolaborasi dengan berbagai pihak untuk membentuk siswa yang memiliki jati diri yang kuat sesuai dengan profil pelajar Pancasila. Guru perlu berada pada posisi murid, mengetahui tentang murid, dengan mengetahui hal tersebut maka guru bisa mengembangkan potensi yang ada pada murid tersebut. Guru juga perlu melibatkan semua siswa agar terlibat dalam kegiatan pembelajaran.

 

 

 

 

 

 

Comments